Rabu, 25 Januari 2012

BENTUK PERKEMBANGAN SISWA


Untuk kepentingan pembelajaran, ada tiga bentuk perkembangan yang terjadi pada setiap manusia, yakni perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial dan moral.
1. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan – gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak mejelang usia remaja, yakni antara dua – tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu – dua puluh dua tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang.

Pada awalnya, seorang anak yang baru lahir memiliki keterbatasan dalam gerakan – gerakan fisik sesuai denga perkembangan jasmani yang belum sempurna. Sampai pada usia empat bulan perkembangan motorik anak berkembang cukup berat, hingga ia memiliki grasping reflex, yakni gerakan – gerakan motorik yang bersifat otomatis. Kemampuan anak ini dinamakan juga kemampuan refleks primitive yang muncul dengan sendirinya tanpa dipelajari, misalnya kemampuan anak untuk menggenggam. Selain grasping reflex, anak juga memiliki kemampuan rooting reflex, yakni reflex dukungan seperti gerakan kepala dan mulut yang otomatis. Seiring dengan perkembangan fisik, juga diikuti oleh perkembangan mental, yakni munculnya berbagai keberanian anak untuk melakukan hal – hal yang sebelumnya tiadak pernah ia lakukan, misalnya keberanian untuk melompat, berlari, dan lain sebagainya.
Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan tangan (seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar
Ada tiga factor penting yang dapat memengaruhi kemampuan motorik anak atau perkembangan motorik skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain di luar dirinya, misalnya orang tua dan guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembangan sisitem saraf; 2) pertumbuhan otot – otot; 3) perubahan struktur jasmani.
System saraf adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur jaringan serabut saraf yang sangat halus yang berpusat di central nervous system, yakni pusat system jaringan saraf yang ada di otak.
Pertumbuhan dan prkembangan saraf di otak akan memengaruhi inteligensi anak dan semakin berkembang inteligensi itu, maka akan semakin banyak kemampuan berprilaku yang dimilikinya
Pertumbuhan otot adalah factor lain setelah system saraf. Otot adalah jaringan sel yang berfungsi untuk mengikat organ – organ lain serta jaringa pembuluh yang mendistribusikan sari makanan.
Faktor lain yang memengaruhi kemampuan motor anak adalah perubahan struktur fisik anak. Semakin bertambah usia anak , maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh.
2. Perkembangan Koginitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan denga perilaku mental seseorang yang meliputi; pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.
Menurut piaget kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarahkan dan membimbing perilaku anak.
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.

d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
3. Perkembangan Sosial dan Moral
Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setiap perancang pembelajaran. Hal ini di sebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan
Menurut piaget, ada dua tahap perkembangan moral anak. Pertama tahap hetoronomous morality yang berlangsung dari kita – kita usia empat sampai tujuh tahun. Pada tahap ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dikontrol oleh orang.
Tahap kedua adalah tahap autonomous, yang berlangsung sejak usia sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu perbuatan niat si pelaku harus dipikirkan, oleh sebab itu tidak semua pelanggaran aturan ada konsekuensi hukuman. Pada masa tujuh samapai sepuluh tahun piaget menamakanya sebagai masa transisi, oleh karena itu dua ciri tahapan akan mewarnai perilaku moral anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar